'True Story', sebuah film yang memang dibuat berdasar kisah nyata dari seorang terdakwa pembunuhan dan seorang wartawan yang dipermalukan, ternyata juga mengungkap bahwa 'menyatakan kebenaran' bisa menjadi sebuah konsep licik. Jadi lebih baik untuk selalu tetap berpegang pada fakta-fakta.
Apakah sebuah kebenaran merupakan hal aneh dari fiksi? Mungkin itulah hal yang terjadi dalam film 'True Story' yang baru saja dirilis April 2015 lalu, sebuah film yang dibuat berdasar dari kasus nyata Christian Longo, seorang yang didakwa telah membunuh istri beserta ketiga orang anaknya, serta Michael Finkel, seorang wartawan yang telah merasa dipermalukan karena identitasnya dipalsukan oleh Chistian Longo. Film hasil sutradara Rupert Goold dan dibintangi oleh James Franco yang berperan sebagai Christian Longo dan Jonah Hill sebagai Finkel, memang sengaja dibuat berdasarkan pada buku yang ditulis oleh Michael Finkel (berjudul True Story: Memoir, Mea Culpa) yang bercerita mengenai kasus yang terjadi serta keterlibatan pribadi Michael sebagai penulis dengan Christian, si pelaku kriminal. Meski pada awalnya Michel Finkel mengaku bahwa ia menulis buku ini hanya untuk sekedar mengungkap fakta kebenaran dari apa yang telah terjadi, tapi kebenaran tentu dapat menjadi sebuah konsep yang lick. Jadi lebih baik untuk selalu tetap berpegang pada fakta-fakta.
Pertama, Michael Finkel ternyata tidak selalu berpegang pada akurasi dalam hal pelaporan berita. Meskipun ia telah berusaha agar sesuai yang diharapkan oleh New York Times Magazine, yaitu dengan mengubah konsep tulisan menjadi seperti di awal 30-an, wartawan ini ternyata masih tetap harus menanggung akibat dari cerita yang ia tulis di tahun 2001 mengenai pekerja anak di Mali. Dalam laporan penyelidikan mengenai perbudakan yang terjadi di perkebunan kakao di negara Afrika Barat tersebut, Michael Finkel saat itu ternyata menemukan kenyataan yang jauh lebih kompleks. Editornya di Times Magazine akhirnya mengusulkan agar ia lebih fokus pada perjalanan hidup seorang anak laki-laki di sebuah desa miskin yang dipekerjakan di perkebunan itu. Tapi masalahnya, ternyata tak ada sumber tunggal yang bisa dijadikan bahan sebagai sumber laporan Michael dalam menceritakan kisah ini. Akhirnya, Michael pun lalu memutuskan untuk melakukan wawancara dengan sejumlah buruh dengan subyek cerita tetap berpegang pada sebuah nama sebenarnya dari seorang anak yang telah ia sebutkan sebelumnya. Cerita itu pun akhirnya dipublikasikan hingga terlihat jelas adanya ketidaksesuaian alur cerita. Michael Finkel pun akhirnya mendapatkan kritik keras dari publik dan ... dipecat.
Saat sebuah pintu tertutup, selalu ada jendela atau pintu lain yang terbuka. Mungkin itu juga yang terjadi di awal tahun 2002 lalu. Ketika itu Michael mendapat telepon dari rekannya sesama wartawan yang bertanya mengenai kasus yang saat itu masih asing bagi dirinya. Tepat sebelum Natal di tahun 2001, mayat dua anak ditemukan mengambang beberapa kaki dari tepian pantai, dimana pergelangan kaki keduanya masing-masing diikat pada sarung bantal yang telah diisi dengan bongkahan batu. Keduanya lalu diidentifikasikan sebagai dua anak dari Christian Longo, yang saat itu berusia 27 tahun, dimana anak yang satu bernama Zachery, usia 4 tahun, dan anak lainnya bernama Sadie, usia 3 tahun. Beberapa hari kemudian, istri Christian yang bernama Mary Jane dan putri bungsunya, Madison yang masih berusia 2 tahun juga ditemukan di sebuah teluk yang berlokasi dekat tempat kejadian pertama. Keduanya diketahui telah dicekik sebelum dimasukan ke dalam koper lalu dibuang ke dalam air. Pencarian Christian Longo membawa FBI memasuki wilayah Cancun, Meksiko, di mana Christian saat itu memperkenalkan dirinya sebagai Michale Finkel, penulis untuk surat kabar New York Times. Ia mengaku saat itu tertarik untuk menulis tentang orang-orang yang tengah dipenjara.
Ternyata Christian Longo selama ini telah banyak membaca dan menggemari tulisan Michael Finkel di Times, National Geographic Adventure dan Sports Illustrated. Itulah sebabnya ia memilih mengaku sebagai Michael yang berprofesi sebagai wartawan. Ia pun setuju (sesuai saran pengacaranya) untuk memungkinkan Michale Finkel melakukan wawancara terhadap dirinya, hingga kemudian keduanya mulai melakukan panggilan telepon minguan, menulis surat dan melakukan pertemuan beberapa kali. Keduanya pun mulai saling mengnal pribadi masing-masing, meskipun jelas Michale tidak melakukan pembunuhan terhadap siapapun. Tapi dalam 'True Story' jelas diakuinya bahwa "Saya telah berbohong berkali-kali untuk meningkatkan kepercayaan diri saya, untuk memperoleh simpati, untuk membuat diriku tampak tak biasa."
Penyamaran yang dilakukan oleh Christian Longo jelas membuat Michael Finkel berada dalam posisi memalukan. Meskipun riwayat kehidupan Christian Longo saat sebelum terjadinya aksi pembunuhan tampak biasa, tapi kehidupan muda Christian Longo ternyata telah dihiasi dengan sejumlah catatan buruk mengenai pelanggaran, penipuan dan pencurian. Christian lalu memutuskan untuk menikah dengan seorang gadis bernama Mary Jane yang saat itu masih berusia 19 tahun dan berharap kehidupannya setelah menikah bisa mengalami kemajuan. Tapi apa yang didapat oleh Christian ternyata tak sesuai dengan harapannya. Bisnis yang dijalaninya harus terpuruk. Ketika ia tak lagi mendapat ijin mengemudi, ia membuat SIM palsu, lalu mendatangi sebuah dealer mobil di Ohio, melakukan test drive dan membawa kabur mobil tersebut. Ketika tak dapat membayar gaji karyawannya, ia memalsukan cek kliennya sebesar $ 17.000 lalu membuat kartu kredit dengan mengata-namakan ayahnya. Ia pun lalu ditangkap, kehilangan perusahaannya dan dikucilkan dari lingkungan. Dalam masa percobaan tahanan, Christian akhirnya membawa istri dan anak-anaknya pergi menuju Oregon, hingga akhirnya ia membunuh mereka seluruhnya.
Ternyata Christian Longo selama ini telah banyak membaca dan menggemari tulisan Michael Finkel di Times, National Geographic Adventure dan Sports Illustrated. Itulah sebabnya ia memilih mengaku sebagai Michael yang berprofesi sebagai wartawan. Ia pun setuju (sesuai saran pengacaranya) untuk memungkinkan Michale Finkel melakukan wawancara terhadap dirinya, hingga kemudian keduanya mulai melakukan panggilan telepon minguan, menulis surat dan melakukan pertemuan beberapa kali. Keduanya pun mulai saling mengnal pribadi masing-masing, meskipun jelas Michale tidak melakukan pembunuhan terhadap siapapun. Tapi dalam 'True Story' jelas diakuinya bahwa "Saya telah berbohong berkali-kali untuk meningkatkan kepercayaan diri saya, untuk memperoleh simpati, untuk membuat diriku tampak tak biasa."
Penyamaran yang dilakukan oleh Christian Longo jelas membuat Michael Finkel berada dalam posisi memalukan. Meskipun riwayat kehidupan Christian Longo saat sebelum terjadinya aksi pembunuhan tampak biasa, tapi kehidupan muda Christian Longo ternyata telah dihiasi dengan sejumlah catatan buruk mengenai pelanggaran, penipuan dan pencurian. Christian lalu memutuskan untuk menikah dengan seorang gadis bernama Mary Jane yang saat itu masih berusia 19 tahun dan berharap kehidupannya setelah menikah bisa mengalami kemajuan. Tapi apa yang didapat oleh Christian ternyata tak sesuai dengan harapannya. Bisnis yang dijalaninya harus terpuruk. Ketika ia tak lagi mendapat ijin mengemudi, ia membuat SIM palsu, lalu mendatangi sebuah dealer mobil di Ohio, melakukan test drive dan membawa kabur mobil tersebut. Ketika tak dapat membayar gaji karyawannya, ia memalsukan cek kliennya sebesar $ 17.000 lalu membuat kartu kredit dengan mengata-namakan ayahnya. Ia pun lalu ditangkap, kehilangan perusahaannya dan dikucilkan dari lingkungan. Dalam masa percobaan tahanan, Christian akhirnya membawa istri dan anak-anaknya pergi menuju Oregon, hingga akhirnya ia membunuh mereka seluruhnya.
Christian Longo tidak mau mengaku, bahkan sejak awal ia berdalih tidak bersalah, dia diam membisu terhadap semua dakwaan atas pembunuhan yang telah dilakukannya. Dan meskipun ia menceritakan kisah hidupnya kepada Michael Finkel, tapi ia tetap tak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya atas pembunuhan yang telah terjadi. Kemudian ia mengaku bersalah atas pembunuhan istri dan anak bungsunya, tapi tak bersalah atas kematian dua anaknya yang lain. Pada persidangan di tahun 2003, ia menjelaskan bahwa telah mengetahui kebohongan yang dilakukan oleh istrinya, Mary Jane, yang telah melakukan tindak kriminal terhadap kedua anaknya, Zachery dan Sadie, dengan membunuh lalu membuang jasadnya. Ia juga mengetahui bahwa istrinya telah berusaha juga untuk membunuh Madison, anak bungsu mereka. Ketika Christian mengetahui dua anaknya telah tiada dan anak bungsunya terluka parah, ia memutuskan untuk mencekik Mary Jane sekaligus mengakhiri hidup anak bungsunya tersebut. Juri tampak tak bergeming, mereka tetap pada keputusan bahwa Christian bersalah dan menjatuhkan putusan hukuman mati terhadapnya.
Kisah ini memang tak berakhir disini. Buku yang ditulis Michael Finkel akhirnya terbit di tahun 2005. Pada tahun 2009, Christian Longo menghubungi penulis buku 'Oregon’s Death Row' dan mengatakan bahwa ia ingin menceritakan pengakuan yang sebenarnya. Dalam pengakuannya tersebut, Christian mengaku bahwa saat itu ia sudah tak mampu lagi berperan sebagai seorang suami dan ayah bagi keluarganya. Ia mengaku memang telah membunuh seluruh keluarganya, mencekik Mary Jane saat bercinta, dan menenggelamkan anak-anaknya. Dia mengatakan bahwa ia sekarang telah siap menjalani eksekusi dan ingin menyumbangkan organ tubuhnya.
Sayangnya, Michael Finkel menemukan fakta, eksekusi dengan cara suntikan mematikan yang akan dijalani oleh Christian dapat membuat organ tubuh yang akan disumbangkan menjadi tak lagi berfungsi. Mengetahui hal itu, Christian pun akhirnya membuat sebuah organisasi yang bernama GAVE (Gifts of Anatomical Value from the Executed) dengan tujuan mengubah metode eksekuis untuk memungkinkan pengambilan organ tubuh dari seseorang yang menjalani eksekusi mati. Dia pun bahkan menulis sepotong catatan kecil untuk New York Times mengenai niatnya untuk menyumbang organ tubuh. Kini, seperti halnya Michael Finkel, Christian pun bisa jujur mengatakan bahwa ia telah menulis untuk surat kabar New York Times.
Kisah ini memang tak berakhir disini. Buku yang ditulis Michael Finkel akhirnya terbit di tahun 2005. Pada tahun 2009, Christian Longo menghubungi penulis buku 'Oregon’s Death Row' dan mengatakan bahwa ia ingin menceritakan pengakuan yang sebenarnya. Dalam pengakuannya tersebut, Christian mengaku bahwa saat itu ia sudah tak mampu lagi berperan sebagai seorang suami dan ayah bagi keluarganya. Ia mengaku memang telah membunuh seluruh keluarganya, mencekik Mary Jane saat bercinta, dan menenggelamkan anak-anaknya. Dia mengatakan bahwa ia sekarang telah siap menjalani eksekusi dan ingin menyumbangkan organ tubuhnya.
Sayangnya, Michael Finkel menemukan fakta, eksekusi dengan cara suntikan mematikan yang akan dijalani oleh Christian dapat membuat organ tubuh yang akan disumbangkan menjadi tak lagi berfungsi. Mengetahui hal itu, Christian pun akhirnya membuat sebuah organisasi yang bernama GAVE (Gifts of Anatomical Value from the Executed) dengan tujuan mengubah metode eksekuis untuk memungkinkan pengambilan organ tubuh dari seseorang yang menjalani eksekusi mati. Dia pun bahkan menulis sepotong catatan kecil untuk New York Times mengenai niatnya untuk menyumbang organ tubuh. Kini, seperti halnya Michael Finkel, Christian pun bisa jujur mengatakan bahwa ia telah menulis untuk surat kabar New York Times.
foto: Mary Cybulski. (Copyright © 2015 Twentieth Century Fox Film Corporation)
sumber: Biography
Tentang Blog: Ada Nyata
Artikel "Sepenggal Kisah Nyata dari Film 'True Story'", diterjemahkan atau ditulis ulang oleh admin blog Ada Nyata dari berbagai sumber. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan Anda. Dan jika Anda tertarik dengan postingan di atas, dimohon untuk tak lupa mencantumkan juga nama blog Ada Nyata sebagai sumbernya. Thank's
0 Tanggapan untuk "Sepenggal Kisah Nyata dari Film 'True Story'"
Post a Comment